Anthony Giddens (2001) pernah berucap, seperti judul diatas, betapa dunia dalam tahun-tahun kedepan sudah tidak bisa dipisah-pisah, semua menyatu. Terbukti, masyarakat dengan kemelekan teknologi yang semakin kuat, hampir-hampir tidak terbatas.
Di satu sisi, bahwa kita dapat mengakses dan mempengaruhi dunia secara global, bahkan apa yang kita lakukan di sini akan mempangaruhi kejadian di wilayah lain. Sementara sebaliknya, masyarakat diluar juga begitu mudah mempengaruhi kita yang berada terpisah -mungkin ber ribu-ribu mil- disini. Sudah tidak mungkin lagi kita berfikir sektoral belaka, apapun yang kita lakukan memiliki dampak yang mengglobal.
Sekedar menjadi catatan, bahwa berfikir global adalah keniscayaan, tetapi perbuatan dan hasil karya tetap harus mengakar pada budaya lokal. Maka menjadi penting ketika pembelajaran di sekolah tetap harus membumi. Oleh karena itu, pengenalan dan mempraktekkan budaya lokal tetap menjadi penting dan untuk tahun 2014 ini, sekolah mengambil tema budaya Minang.
Yang terlibat dalam program ini adalah anak-anak mulai kelas 1 sampai dengan kelas 6. Semua level baik anak-anak maupun guru-guru terlibat langsung sehingga mereka memiliki pengalaman dan semangat kolaborasi. Dalam satu waktu, anak-anak dapat menyanyi, menari dan bermain musik secara bersamaan tanpa membedakan ini dari kelas mana. Bahkan, anak-anak setelah itu, diberikan kesempatan menjelaskan dan presentasi kepada tamu undangan, tentang budaya dan alam yang indah di Minang.
Anak-anak dapat mempraktekkan alat-alat musik dan tari-tarian yang bersentuhan dengan budaya minang, begitu juga ke khasan kuliner minang yang sangat beragam.
Akhirnya meskipun anak-anak hidup di dalam dunia modern "tanpa batas", tetapi tetap membumi, tanpa harus lupa dengan budaya lokal Indonesia yang begitu kaya dan indah tentunya.
2014-2024 © oDars.